I. MANUSIA DAN TANGGUNG JAWAB
a. Makna Tanggung Jawab
Definisi Tanggung Jawab
Menurut KBBI
1 keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dsb): pemogokan itu menjadi -- pemimpin serikat buruh; 2 Huk fungsi menerima pembebanan, sbg akibat sikap pihak sendiri atau pihak lain; ber·tang·gung ja·wab v 1 berkewajiban menanggung; memikul tanggung jawab: pemimpin redaksi ~ atas isi majalahnya; 2 menanggung segala sesuatunya (kpd): kabinet ~ kpd Presiden; dia laki-laki yg tidak ~; me·nang·gung·ja·wabi v mempertanggungjawabkan: ia sudah ~ semua pekerjaannya; pe·nang·gung ja·wab n orang yg bertanggung jawab; per·tang·gung·ja·wab·an n 1 perbuatan (hal dsb) bertanggung jawab; 2 sesuatu yg dipertanggungjawabkan; mem·per·tang·gung·ja·wab·kan v memberikan jawab dan menanggung segala akibatnya (kalau ada kesalahan); memberikan pertanggungjawaban: panitia harus ~ penggunaan dana yang dipungut dari masyarakat
Sedangkan menurut keseluruhan, tanggung jawab merupakan sebuah pemberia, baik dapat dikatakan beban atau yang, yang sudah menjadi kewajiban bagi seseorang yang mendapatkan suatu tanggung jawab tersebut.
b. Makna Pengabdian
Pengabdian merupakan suatu sikap seseorang dimana orang tersebut akan membantu dengan segala keluh kesahnya dalam menjalankan suatu tugas, tanpa adanya perasaan yang mengganjal dan “berat”, baik pengabdian dalam pekerjaan, spiritual, maupun keharusan.
c. Makna Pengorbanan
Pengorbanan sebagai sumber etis, moral dan spiritual
Menurut Moh Sholeh (2003) ketika pikiran dan kesadaran seseorang dipenuhi dan dirasuki dorongan untuk mengeksploitasi sumber-sumber penopang keseimbangan dan harmoni semesta, baik sumber daya ekologis berupa kekayaan alam, lebih-lebih sumber etis, moral dan spiritual, yang merupakan penyangga utama keluhuran manusia, dan terus-menerus mengumbar angkara murka, pengharapan kita akan hadirnya sifat-sifat terpuji dari akal budi yang luhur, berkorban demi kepentingan bersama, mementingkan orang lain, bagai pungguk merindukan bulan. Alih-alih berkorban demi kepentingan bersama, malahan beragam keserakahan akan mendorongnya untuk menatap nanar milik orang lain dan menunggu kelengahannya. Modus vivendi-nya bisa melalui tipu muslihat yang halus ataupun dengan cara-cara paksaan dan kekerasan, mulai dengan gendam, hipnotis, mencopet, menodong, merampas, dan merampok dengan mengancam nyawa pemiliknya. Dalam masyarakat tragik, memang kita seperti iklan cola-cola, always dicekam oleh kepungan ketakutan. Rasa aman menjadi suatu yang mahal. Nihilnya freedom from fear, kata Fromm. Padahal mestinya freedom from fear ditularkan secara massal. Entri point ke arahnya adalah dengan membangun dan membangkitkan sifat dan sikap berkorban, mementingkan orang lain, menolong yang membutuhkan, memberi yang meminta, melindungi dan memberi rasa aman bagi yang lemah, dan membebaskan pikiran dari ketakutan dan bayangan-bayangan ancaman. Jiwa rakus hanya akan melahirkan individu-individu tragik, individu yang lahir akibat hilangnya toleransi. Toleransi hilang misalnya karena kegagalan komunikasi kepentingan antar-budaya, antar-individu. Dalam pandangan Lucien Goldman, individu tragik adalah mereka yang sadar diri namun tak bisa berbuat apa-apa, tak mampu mengubah keadaan menjadi lebih baik. Merujuk Goldman, sebenarnya tidak saja individu tragik yang menjangkiti kebersamaan kita sebagai satu bangsa, melainkan masyarakat tragik, budaya tragik, politik tragik, ekonomi tragik, bahkan Indonesia yang tragik. Sebagai contoh kasus, kita terus berlomba dengan Negeria dan Banglades sebagai negara terkorup di dunia. Juga, kita adalah negara dengan jumlah pengungsi terbesar, entah akibat dari bencana alam, konflik etnis, pertentangan agama, dan adanya kantung-kantung pengungsi yang berasal dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Dalam Indonesia yang tragik, seluruh aspek kebersamaan dan berkorban demi sesama pada tataran politik, ekonomi, budaya termasuk agama, mengalami proses minimalis yang terus menukik menuju nihilisme. Betapa ironisnya, suatu bangsa besar yang dibangun atas semangat Bhinika Tunggal Ika, dan dengan mengorbankan egoisme sempit kesukuan, keagamaan dan kepentingan kelompok, demi kesatuan dan keutuhannya, kini terseok-seok didera beragam krisis. Potensi kebersamaan dan kekayaan negara, secara culas dan curang diperebutkan oleh banyak kelompok anak bangsa, digeser menjadi milik golongan, kelompok, perseroan ataupun perseorangan. Dalam babakan kehidupan seperti inilah, pesan profetis pengurbanan haruslah sekuat tenaga kita transformasikan. Dalam babakan kehidupan yang sama pula, nilai-nilai adi luhung pengurbanan itu menemukan aktualitas, aksentuitas,dan resonansitasnya. Memang nilai-nilai pengurbanan tidak secara langsung dan otomat sebagai shock therapy untuk menghilangkan egoisme dan tragisme individu ataupun masyarakat, tapi paling tidak nilai pengurbanan bisa kita jadikan pembuka jalan menuju kemanusiaan yang sempurna (insan kamil). Dalam formulasi Ali Syariati (1978) ada tiga tahap yang harus ditempuh untuk sampai derajat insan kamil, yaitu (a) membuang jauh-jauh rasa tamak dari dalam jiwa, (b) menaklukkan nafsu mementingkan diri sendiri (pour soi), (c) dengan berpijak pada keduanya individu akan terbawa pada ketulusan mengabdikan dan mengorbankan segala yang ada kepada Tuhan dan kemanusiaan (en soi). Paulo Freire, dalam Pedagogy of the Oppressed, secara rinci merangkum dalam tujuh pilar syarat aktivitas yang membebaskan sebagai berikut : (a) prinsip cinta kasih, (b) rendah hati, (c) percaya pada daya kreativitas manusia, (d) kepercayaan yang menuntut semua orang untuk berjiwa terbuka, (e) merelatifkan pendapat yang berlaku umum tetapi salah, (f) membangkitkan keberanian pribadi dalam kemapanan sosial (civil courage), (g) identifikasi hakikat masalah (problem stellung) dengan penyadaran (conscientization) (Kanisius, 2001).
II. MANUSIA DAN KEGELISAHAN
· Pengertian Kegelisahan dan Sumber-Sumber Kegelisahan
Kegelisahan berasal dari kata gelisah, yang berarti tidak tenteram hatinya, selalu merasa kwatir tidak tenang, tidak sabar, cemas. Sehingga kegelisahan merupakan hal yang menggambarkan seseorang tidak tentram hati maupun perbuatannya, merasa kwatir, tidak tenang dalam tingkah lakunya, tidak sabar ataupun dalam kecemasan. Kegelisahan hanya dapat diketahui dari gejala tingkah laku atau gerak gerik seseorang dalam situai tertentu. Kegelisahan merupakan salah satu ekspresi kecemasan. Karena itu dalam pengertian sehari-hari kegelisahan juga diartikan kecemasan, kekwatiran ataupun ketakutan. Masalh kecemasan atau kegelisahan berkaitan juga dengan masalah frustasi, yang secara definisi dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami frustasi karena pa yang diinginkan tidak tercapai. Sigmund Freud ahli psikoanalisa berpendapat, bahwa ada tiga macam kecemasan yang menimpa manusia yaitu kecemasan kenyataan (obyektif), kecemasan neorotik dan kecemasan moril.
· Kecemasan obyektif adalah suatu pengalaman perasaan sebagai akibat pengamatan atau suatu bahaya dalam dunia luar. Bahaya adalah sikap keadaan dalam lingkungan seseorang yang mengancam utnuk mencelakakannya. Pengalaman bahaya dan timbulnya kecemasan mungkin dari sifat pembawaan, dalam arti kata, bahwa seseorang mewarisi kecenderungan untuk menjadia takut kalau ia berada dekat dengan benda-benda tertentu dalam keadaan tertentu dari lingkungan..
· Kecemasan neorotis timbul karena pengamatan tentang bahaya dari naluriah Menurut Sigmund Freud kecemasan ini dibagi tiga macam yakni; kecemasan yang timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan, bentuk ketakutan yang irasional (phobia) dan rasa takut lain karena gugup, gagap dan sebaganya.
· Kecemasan moril disebabkan karena pribadi seseorang. Tiap pribadi memiliki bermacam=macam emosi atnra lain: isri, dengki, marah, gelisah, cinta, rasa kurang. Semua itu merupakan sebagian dari pernyataan individu secara keseluruhan berdasarkan konsep yang kurang sehat. Sikap seperti itu sering membuat orang merasa kwatir, cemas, takut gelisah dan putus asa.
· Bila dikaji sebab-sebab orang gelisah adalah karena hakekatnya orang takut kehilangan hak-haknya. Hal itu adalah akibat dari suatu ancaman, baik ancaman dari dalam maupun dari luar. Mengatasi kegelisahan ini pertama-tama dimulai dari diri kita sendiri, yaitu kita harus bersikap tenang. Dengan sikap tenang kita dapat berpikir tenang, sehingga segala kesulitan dapat kita atasi.
b. Makna Keterasingan
Keterasingan berasal dari kata terasing, dan kata itu adalah dari kata dasar asing. Kata asing berarti sendiri, tidak dikenal, sehingga kata terasing berarti, tersisihkan dari pergaulan, terpisahkan dari yang lain, atau terpencil. Jadi kata terasing berarti hal-hal yang berkenaan dengan tersisihkan dari pegaulan, terpencil atau terpisah dari yang lain. Keterasingan adalah bagian hidup manusia. Sebentar atau lama, orang pernah mengalami hidup dalam keterasingan sudah tentu dengan sebab dan kadar yang berbeda satu sama lain. Yang menyebabkan orang berada dalam keterasingan ialah perilakunya yang tidak dapat diterima atau tidak dapat dibenarkan oleh masyarakat, atau kekurangan yang aa pada diri seseorang, sehingga ia tida dapat atau sulit menyesuaikan diri dalam masyarakat.
c. Makna Kesepian
Kesepian berasal dari kata sepi yang berarti sunyi atau lengang, sehingga kata kesepian berarti merasa sunyi atau lengang, tidak berteman. Setiap orang pernah mengalami kesepian, karena kesepian bagian hidup manusia. Lama rasa sepi itu bergangung pada mental orang dan kasus penyebabnya. Bermacam sebab terjadinya kesepian, frustasi dapat mengakibatkan kesepian. Jadi kesepian itu akibat dari keterasingan. Keterasingan akibat sikap sombong, angkuh, kaku, keras kepala, sehingga dijauhi teman-teman sepergaulannya.
d. Makna Ketidak-pastian
d. Makna Ketidak-pastian
Ketidak pastian berasal dari kata tidak pasti artinya tidak menentu, tidak dapat ditentukan, tidak tahu, tanpa arah yang jelas, tanpa asal-usul yang jelas. Ketidak pastian artinya keadaan yang pasti, tidak tentu, tidak dapat ditentukan, tidak tahu, keadaan tanpa arah yang jelas, keadaan tanpa asal-usul yang jelas itu semua adalah akibat pikirannya tidak konsentrasi. Ketidak konsentrasian disebabkan oleh berbagai sebab, yang jelas pikirannya kacau. Beberapa sebab orang tak dapat berpikir dengan tidak pasti ialah :
- obsesi
- phobia
- kompulasi
- hysteria
- delusi
- halusinasi
- keadaan emosi
Untuk dapat menyembuhkan keadaan itu bergantung pada mental si penderita. Andaikata penyebabnya sudah diketahui, kemungkinan juga tidak dapat sembuh. Bila hal itu terjadi, maka jalan yang paling baik bagi penderita diajak pergi sendiri ke psikolog.
Pemikiran Pribadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar