Upacara adat yang akan saya bahas kali ini berasal dari daerah orang tua
saya sendiri yaitu Magelang dan Demak, Jawa Tengah.
KENDUREN
Kenduren/ selametan adalah tradisi yang sudah turun temurun dari jaman dahulu,
yaitu doa bersama yang di hadiri orang sekitar dan di pimpin oleh pemuka adat atau yang di tuakan di setiap tempat yang
ditinggali, dan yang di sajikan berupa Tumpeng (makanan), lengkap dengan lauk pauknya. Tumpeng dan lauknya nantinya di bagi bagikan
kepada hadirin yang di sebut Carikan ada juga yang
menyebut dengan Berkat.
Carikan / berkat
Tujuan dari
kenduren adalah meminta selamat buat yang di doakan, dan keluarganya. Kenduren itu sendiri bermacam macam jenisnya, antara lain :
* kenduren
wetonan ( wedalan ) Di namakan wetonan karena tujuannya untuk selametan pada
hari lahir ( weton, jawa ) seseorang. Dan dilakukan oleh hampir setiap warga, biasanya 1 keluarga 1 weton yang di rayain
, yaitu yang paling tua atau di tuakan dalam keluarga tersebut. Kenduren ini di
lakukan secara rutinitas setiap selapan hari ( 1 bulan ). Biasanya menu
sajiannya hanya berupa tumpeng dan lauk seperti sayur, lalapan, tempe goreng,
thepleng, dan srundeng. tidak ada ingkung nya ( ayam panggang ).
* Kenduren
Sabanan ( Munggahan ) Kenduren ini menurut cerita tujuannya untuk menaik kan
para leluhur. Di lakukan pada bulan Sya’ban, dan hampir oleh seluruh masyarakat
di Watulawang dan sekitarnya, khususnya yang adatnya masih sama, seperti desa
peniron, kajoran, dan sekitarnya. Siang hari sebelum di laksanakan upacara ini,
biasanya di lakukan ritual nyekar, atau biasa dijelaskan dengan mendatangi makan leluhur, untuk mendoakan arwahnya, biasanya yang di bawa
adalah kembang, menyan dan empos ( terbuat dari mancung ). Tradisi bakar
kemenyan memang masih di percaya oleh masyarakat watulawang, sebelum mulai kenduren
ini pun, terlebih dahulu dijampi-jampikan (semacam doa ritual) dan di bakar
kemenyan di depan pintu. Menu sajian dalam kenduren sabanan ini sedikit berbeda
dengan kenduren Wedalan, yaitu disini wajib memakai ayam pangang ( ingkung ).
* Kenduren
Likuran, Kenduren ini di laksanakan pada tanggal 21 bulan puasa ( ramadan ), yang di maksudkan untuk memperingati Nuzulul Qur’an. dalam
kenduren ini biasanya di lakukan dalam lingkup 1 RT, dan bertempat di ketua
adat, atau sesepuh di setiap RT. dalam kenduren ini, warga yang datang membawa
makanan dari rumah masing2, tidak ada tumpeng, menu sajiannya nasi putih, lodeh
( biasanya lodeh klewek) atau bihun, rempeyek kacang, daging, dan lalapan.
* Kenduren Badan
( Lebaran )/ mudunan Kenduren ini di laksanakan pada hari Raya Idul Fitri, pada
tanggal 1 sawal ( aboge ). kenduren ini sama seperti kenduren Likuran, hanya tujuannya yang berbeda yaitu untuk menurunkan leluhur. Yang
membedakan hanya, sebelum kenduren Badan, biasanya di dahului dengan nyekar ke
makam luhur dari masing2 keluarga.
* Kenduren
Ujar/tujuan tertentu Kenduren ini di lakukan oleh keluarga tertentu yang punya
maksud atau tujuan tertentu, atau ayng punya ujar/ omong. Sebelum kenduren ini
biasanya di awali dengan ritual Nyekar terlebih dahulu. dan menu wajibnya,
harus ada ingkung ( ayam panggang ). Kenduren ini biasanya banyak di lakukan
pada bulan Suro ( muharram ).
* Kenduren
Muludan Kenduren ini di lakukan pada tanggal 12 bulan mulud, sama seperti
kenduren likuran, di lakukan di tempat sesepuh, dan membawa makanan dari rumah
masing- masing. biasanya dalam kenduren ini ada ritual mbeleh wedus ( motong
kambing ) yang kemudian di masak sebagai becek dalam bahasa watulawang ( gulai
).
SEKATEN
Sekaten atau upacara Sekaten (berasal
dari kata Syahadatain atau dua kalimat syahadat)
adalah acara peringatan ulang tahun nabi Muhammad s.a.w.
yang diadakan pada tiap tanggal 5 bulan Jawa
Mulud (Rabiul awal
tahun Hijrah) Upacara ini dulunya dipakai oleh Sultan Hamengkubuwana
I,untuk mengundang masyarakat mengikuti dan memeluk agama Islam.Pada hari pertama,
upacara diawali saat malam hari dengan iring-iringan abdi Dalem (punggawa
kraton) bersama-sama dengan dua set gamelan Jawa:
Kyai Nogowilogo dan Kyai Gunturmadu. Iring-iringan ini bermula dari pendopo
Ponconiti menuju masjid Agung di alun-alun utara dengan dikawal oleh prajurit
Kraton. Kyai Nogowilogo akan menempati sisi utara dari masjid Agung, sementara
Kyai Gunturmadu akan berada di Pagongan sebelah selatan masjid. Kedua set gamelan
ini akan dimainkan secara bersamaan sampai dengan tanggal 11 bulan Mulud selama
7 hari berturut-turut. Pada malam hari terakhir, kedua gamelan ini akan dibawa
pulang ke dalam Kraton..
Sumber: